Rabu, April 29, 2009

Curhat

Gile...ternyata ngendaliin yang namanya emosi itu ternyata susah banget yaa...

apa lagi ngajarin orang buat bisa ngendaliin emosi lebih susah lagi...

suka aja sih ngajarin orang buat bisa kendaliin emosi tapi kalau yang kita ajarkan itu nggak kasih hasil seperti yang kita harepin pasti sedih banget kan...??

seperti gagal gitu dech misi kita...

Padahal ngendaliin emosi itu letaknya hanya ada satu yaitu di pikiran kita itu...

gimana kita bisa berfikir yang baik...

positif thingking gitu lah istilah kerennya...

tapi, bagi dia kok susah banget buat bisa positif berfikir...

entah apa emang udah perwatakan atau udah bawaan orok kali...

malem ni rasanya kesal ajaa...

aku ngerasa gagal banget...!!

Kalau diri aku kok mampu aja rasanya ngendaliin itu semua padahal boleh dibilang masalah yang aku hadapi nggak mudah n nggak gampang...

mungkin kalau dia yang ngerasa pasti bakalan emosi banget dech...

tak jamin...

Aku pengen cerita tapi bingung mau cerita ma sapa yang mau dengerin unek-unek aku...

yaa mungkin aja komputer yang membawa ku kedunia maya ini bisa nerima semua unek-unek aku...

n bisa tanggapi semua itu dengan baik...

aku harap begitu,...

capek juga sih udah hampir dua taun ceramahin n ajarin dengan pelan banget...

tapi perubahan yang terjadi cuma dikit ja...

kan cedih deee...

soalnya dia pesimis sii...

masa belum-belum udah bilang nggak bakalan bisa berubah banyak...!!

mana kalau dinasehati bukannya terima kasih atau apa eh malah balik marah...

pake teriak, pukul, bentak, tampar segala...

kaya KDRT aja....hee...

pusing aku...

malas pulang....!!

Senin, April 20, 2009

Ayang Ozon


My Dear... There is so many words, but I can't spell anything... So you can understand me... I can't tell anything so you can understand if there's no love except your love... I LOVE YOU so much, Honey... I need you always beside me, be in here, not only when I'm sad, but also when I'm happy... Because I will share my happiness with you and I believe only with you... I can fell the really happiness that you have and you can share with me...

Sabtu, April 11, 2009

Google Rugi Rp. 5,2 Triliun dari YouTube


Sekitar 3 tahun telah berselang sejak Google membeli YouTube dengan ongkos US$ 1,65 miliar. Namun meski situs ini punya begitu banyak peminat, Google malah diprediksi menuai kerugian besar dari YouTube. Nilai kerugiannya mencapai US$ 470 juta di tahun 2009 ini.

Lembaga keuangan Credis Suisse-lah yang memprediksi angka tersebut, yang dikutip dari WebProNews, Selasa (7/4/2009). Menurut Spencer Wang dan Kenneth Senna selaku analis di Credit Suisse, YouTube memang bakal menerima perolehan sekitar US$ 240 juta tahun ini.

Namun berbagai macam pengeluaran diprediksi akan membebani YouTube sampai US$ 711 juta banyaknya. Pengeluaran terbesar misalnya dari biaya bandwidth untuk mendistribusikan video, yakni sejumlah US$ 360,4 juta. Dengan demikian setelah dihitung selisihnya, situs berbagi video ini diprediksi bakal merugi sekitar US$ 470 juta.

Menurut Wang, Google baru meraih pendapatan iklan yang kecil dari YouTube. Hanya 3 persen dari seluruh halaman situs yang bisa dipakai untuk beriklan terjual. Hal itu diperparah terjangan krisis ekonomi yang mengurangi belanja iklan.
(Berbagai Sumber)

KUCING MISTERIUS

“Miaaaw.…”
Suara lembut itu mengejutkan Nida yang sedang asyik mengetik karya tulisnya di komputer. Nida menghentikan kesibukannya. Menoleh ke kiri dan ke kanan mencari asal suara itu. Tiba-tiba, kakinya yang terjulur di kolong meja komputer terasa geli tersentuh bulu-bulu lembut, lebat… seekor kucing!
“Miaaaw!”
Nida terpana menatap kucing itu. Makhluk itu cantik sekali. Mungkin ini yang disebut kucing anggora. Bulunya panjang-panjang dan lebat sekali. Bulu ekornya juga panjang-panjang dan lebat. Warna bulunya indah, kuning keemasan mulai dari kepala, tengkuk, punggung, hingga ujung ekornya. Begitu juga sisi luar keempat kakinya. Sementara, wajah, leher, dada, dan perut, serta sisi dalam kaki-kakinya ditumbuhi oleh bulu berwarna putih bersih. Cantik sekali! Begitu sempurna!
Ragu Nida mengelus kepala kucing itu, takut kucing itu mengamuk. Tapi tidak, kucing itu malah tampaknya senang dielus-elus. Bahkan, ia mengusap-usap kepala dan tubuhnya ke kaki Nida. Nida terkikik kegelian.
“Pus, kamu cakep banget. Pasti kamu ada yang punya, ya? Kucing liar mana mungkin cakep begini?” kata Nida. Diraihnya tubuh kucing itu. Didekap dan digendongnya.
Nida memang tidak canggung menyentuh kucing, karena Nida memang penyuka kucing. Bahkan, binatang favoritnya memang spesies kucing. Entah mengapa tingkah manja kucing membuatnya senang dan terhibur. Dan suara kucing yang imut itu… miaaaw... ih, bikin Nida gemes!
Semasa SMP dulu, Nida pernah memelihara kucing. Dinamai Pinky karena hidungnya berwarna merah muda. Selama satu setengah tahun, Pinky menjadi sahabat terbaik Nida, yang selalu melipur laranya di kala kesedihan melanda. Tingkah lucu Pinky selalu mampu membuat Nida tertawa. Namun, akibat keteledorannya, terlambat menyadari Pinky sakit, kucing kesayangannya itu pun sekarat selama tiga hari dan akhirnya mati. Lama Nida berduka dan merasa sangat bersalah. Dan Bunda tak pernah lagi mengijinkan Nida memelihara kucing karena Nida menunjukkan sikap tak bisa bertanggung jawab terhadap binatang peliharaannya.
“Miaaaw….” Kucing itu mengeong lagi. Matanya terpejam menikmati gelitik jemari Nida di lehernya. Nida tersenyum.
“Pus, Cakep. Kamu aku panggil si Koneng, deh. Karena warna bulumu yang kuning.”
Lantas, Nida menyibukkan dirinya mengajak si Koneng bermain-main. Karya tulisnya pun terlupakan!
“Miaaaw!’’ Si Koneng datang lagi!
Mata Nida berbinar-binar menyambut kedatangannya. Si Koneng terbiasa datang setiap jam dua siang. Dia muncul dari pintu ruang belajar di lantai atas rumah Nida yang selalu terbuka, apabila Nida sedang sibuk mengerjakan tugas-tugas sekolahnya.
Rumah Nida memang berhimpitan dengan rumah tetangga kanan-kirinya. Memudahkan si Koneng melompat dari satu atap rumah ke atap rumah lainnya.
Setelah tiga hari pertemuannya dengan si Koneng, Nida masih belum tahu siapa pemilik kucing itu. Dan Nida memang tak ingin tahu. Biar saja, pokoknya dia bisa memiliki si Koneng selama dua jam karena biasanya setiap jam empat sore, si Koneng akan berlari pulang. Selama ini pula, Koneng hanya diijinkan Nida bermain-main di ruang belajarnya. Oh, jangan sampai turun ke lantai bawah dan ditemukan Bunda! Karena pasti akan diusir Bunda!
Si Koneng semakin akrab dengan Nida. Dia tak takut-takut lagi mengusap-usap tubuhnya ke kaki Nida. Bahkan, berani menghampiri jemari Nida yang menjentik memanggilnya. Kemudian, si Koneng akan menjilat-jilat jemari Nida itu. Si Koneng juga semakin sering mengeong. Kadang membuat Nida khawatir suaranya akan terdengar sampai lantai bawah.
“Hush! Pus.... Koneng, jangan kenceng-kenceng, ya, ngeongnya, nanti kedengeran Bunda. Cup... cup… diem… diem…,” bujuk Nida. Tapi, si Koneng tak jua mengerti. Tetap saja mengeong semakin kencang dan semakin sering. Sambil matanya tak lepas memandang Nida, seperti ingin mengatakan sesuatu.
“Aduh, pus... jangan berisik dong, Sayang,” seru Nida sambil mengelus-elus kepala si Koneng. Tapi, terlambat... terdengar suara Bunda.
“Nidaaa!” Nida sedikit panik.
“Tuh, kan? Pus, sih…,” ujarnya dengan nada sangat menyesal. Tapi, si Koneng seperti tak peduli. Ia tetap mengeong, semakin sering dan melengking. Nida terpaksa membopongnya dan membawanya keluar menuju balkon. Meletakkannya di lantai, tapi belum sempat Nida menutup pintu, si Koneng sudah melesat mendahuluinya masuk ke ruang belajar. Menatapnya dan mengeong keras!
“Hhhh!” Nida menarik napas, tak menyangka si Koneng akan membuatnya kesal.
“Nidaaa…!” Terdengar lagi panggilan bunda.
Terpaksa Nida membuat trik untuk menipu si Koneng. Dilemparkannya ke lantai balkon bola ping-pong berwarna oranye yang biasa digunakannya untuk bermain dengan si Koneng. Benar saja! Si Koneng segera mengejar bola itu. Pada saat itulah, Nida lekas-lekas menutup pintu.
Terdengar suara Koneng yang mengeong-ngeong memilukan… sungguh tak tega Nida mendengarnya. Tapi, Nida harus segera turun menemui Bunda. Secepatnya Nida berlari turun.
“Ya, Bundaaa…,” sahutnya.
“Nida, dipanggil bunda kok lama banget nyahutnya,” kata Bunda setelah Nida berada di hadapannya.
“Maaf deh Bunda. Nida tadi lagi tanggung….” Bunda menatap Nida penuh selidik.
“Tanggung ngapain hayoo?” Nida terlihat agak gugup,
“Eh, lagi ngetik tugas.…Tapi, gak ada apa-apa kok Bunda. Bener, deh. Bunda gak denger apa-apa, kan?” jawab Nida dengan pandangan khawatir. Bunda tersenyum,
“Makanya Bunda khawatir. Bunda nggak denger apa-apa. Kirain kamu tidur atau sakit? Kok nggak menyahuti panggilan Bunda…,” kata bunda lembut. Nida menarik napas lega.
“Tadi Fifin nelepon. Kamu kelamaan turun, jadi teleponnya Bunda tutup. Nanti kata Fifin mau nelepon lagi. Dia cuma nanya, kok kamu belum dateng ke rumahnya katanya kamu udah janji mau mengerjakan tugas bersama?” tanya Bunda.
“Ha? Iya, aku lupa!” pekik Nida dalam hati.
Dia terlalu asyik bermain dengan si Koneng sampai lupa dengan janjinya pada teman-temannya. Nida menatap jam dinding. Wah, sudah pukul setengah empat sore! Sudah terlambat sekali karena rencananya mereka akan mulai mengerjakan tugas pada pukul dua siang. Segera Nida mengangkat telepon untuk menghubungi Fifin, semoga dia masih diterima walau datang terlambat….
Keseriusan Nida menyelesaikan tugas sejak sepulang sekolah terganggu oleh sebuah suara lembut.
“Miaaaw…. Miaaaw….”
Ah, si Koneng sudah datang. Seperti biasa, tepat pukul dua siang. Tapi kali ini Nida tak ingin bermain. Banyak tugas yang harus diselesaikannya. Apalagi kemarin ia terlambat ikut menyelesaikan tugas kelompok ini bersama teman-temannya. Maka, beban tugasnya pun menjadi semakin banyak. Belum lagi dia harus menghapal banyak istilah-istilah Biologi untuk ujian besok. Hhh! Seperti biasa, sistem kebut semalam, deh! Tapi, manalah si Koneng dapat mengerti?
Si Koneng langsung menubruk kaki Nida dan mengusap-usapkan kepalanya, seperti biasa. Namun, kali ini si Koneng terdengar semakin cerewet, semakin sering mengeong.
“Miaaaw… miaaaw… miaaaw…,” celoteh kucing itu. Ih, Nida benar-benar merasa terganggu!
“ Pus… please… jangan ganggu aku, dong… aku lagi belajar nih…,” keluh Nida.
Si Koneng malah mengira Nida mau mengajaknya bermain. Dia melompat-lompat kegirangan sambil menatap Nida penuh harap. Dan suara mengeongnya…. Hiiih!!
“Miaaaw… miaaaw… miaaaw…!”
“Aduh, Pus! Udah deh, Pus.... Keluar aja, ya?” ujar Nida sambil membopong kucing itu dan membawanya keluar. Segera setelah diturunkannya kucing itu di lantai balkon, lekas-lekas Nida berniat menutup pintu. Tapi, hup! Si Koneng lebih gesit. Dia sudah melesat ke dalam ruang belajar, menatap Nida tajam seperti menantangnya!
“Miaaaw!”
Nida mendengus, “Hhh! Sepertinya mesti dikibulin lagi nih, si Koneng!” ujar Nida. Seperti kemarin, Nida melempar keluar bola ping-pong berwarna oranye. Secepat kilat si Koneng mengejarnya. Pada saat itulah segera Nida menutup pintu! Dan hatinya pun merasa lega! Namun, suara mengeong si Koneng masih terdengar, memilukan penuh harap. Ah, Nida tak ingin peduli. Kali ini tugasnya lebih penting. Tak ada waktu buat si Koneng! Benarlah tindakannya kali ini, menyingkirkan si Koneng!
Siang menjelang sore itu, tiba-tiba tampak mendung menggantung di langit. Kumpulan air hujan yang membentuk awan kelabu, berarak-arak di angkasa dan tampaknya sebentar lagi siap untuk ditumpahkan. Tak lama, benarlah! Hujan deras tumpah dari langit. Nida tak peduli. Ia masih sibuk menyelesaikan tugasnya. Baru setengah jam kemudian Nida tersadar. Hujan begitu deras. Dan si Koneng? Si Koneng telah dia tinggalkan dil uar!
Nida menuju pintu dan membukanya perlahan…. Oh, air hujan telah membasahi seluruh lantai balkon sampai ke setiap sudut-sudutnya. Pandangan mata Nida menyapu lantai balkon yang basah digenangi air. Si Koneng tak ada!
“Jangan-jangan si Koneng kehujanan di tengah jalan…. Di manakah rumahnya? Jauhkah dari sini? Ah, Koneng… maafkan aku.…”
Pukul dua siang. Nida menghempaskan tubuh lelahnya ke atas karpet yang tergelar di lantai ruang belajarnya. Meletakkan kepalanya di bantal-bantal besar nan empuk…. Ah, lega rasanya. Tak sia-sia Nida begadang semalaman menyelesaikan tugas-tugasnya dan menghapal istilah-istilah Biologi yang sulit dan banyak sekali. Nida merasa puas karena Nida tahu sebagian besar jawaban soal-soal ujian tadi. Perkiraan kasarnya, sembilan puluh persen soal berhasil dijawabnya dengan benar! Setidak-tidaknya, Nida yakin akan meraih nilai delapan puluh lima. Selain itu, teman-temannya puas sekali dengan sisa tugas yang telah diselesaikan Nida. Wow, perfect! Hari ini benar-benar sempurna. Nida baru ingat, biasanya jam-jam segini… si Koneng datang….
Jam dinding di ruang belajar itu menunjukkan pukul setengah empat sore. Aneh, si Koneng tidak datang. Nida menjadi gelisah.
“Kenapa ya si Koneng? Kenapa hari ini tidak muncul?” Nida menjadi cemas. Jangan-jangan kucing itu celaka karena kehujanan dalam perjalanan pulang kemarin.
Nida bertanya kepada Bunda apakah pernah melihat kucing cantik berbulu lebat berwarna kuning keemasan. Tapi, Bunda menjawab tak pernah melihat kucing seperti itu. Begitu juga ketika Nida bertanya kepada Mbok Nar.
“Mbok nggak pernah liat, Neng!” jawab Mbok Nar.
“Tapi, Mbok Nar pasti pernah denger suaranya, kan? Suaranya nyaring banget dan cerewet banget gak bisa berhenti mengeong.” Nida masih bertanya. Dan lagi-lagi Mbok Nar menggeleng.
“Bener deh, Neng. Mbok nggak pernah denger suara kucing. Ibu kan nggak suka ada kucing di dalam rumah. Jadi kalo Mbok denger suara kucing di rumah, pasti langsung Mbok cari dan kucingnya Mbok usir,” jawab Mbok Nar.
Nida mengernyit, tak habis pikir.
“Masa, iya sih hanya aku yang melihat dan mendengar si Koneng? Suaranya aja berisik begitu. Rumah ini tak terlalu besar. Suara si Koneng yang melengking itu seharusnya dapat didengar oleh orang yang berada di lantai bawah. Dan anehnya, si Koneng seperti punya jadwal pasti, jam dua datang dan pulang tepat jam empat. Kucing aneh. Milik siapakah ia? Dan mengapa hari ini tidak datang? Mmm, positive thinking aja, deh. Semoga hari ini si Koneng memang sedang senang di rumahnya. Lagi diajak main-main sama yang punya…,” harap Nida.
Tiga hari sudah si Koneng tidak tampak batang hidungnya. Nida masih merasa bersalah.
“Jangan-jangan si Koneng kapok bermain denganku lagi gara-gara aku tega membiarkannya kedinginan dalam cuaca hujan di luar rumah,” pikir Nida.
Tiba-tiba, datang Mbok Nar yang baru pulang dari warung dengan tergopoh-gopoh. Membuat Nida dan Bunda yang sedang asyik menonton televisi terkejut.
“Bu, Bu!” seru Mbok Nar dengan pandangan nanar.
“Ada apa, Mbok? Kok kelihatan panik begitu?” tanya Bunda.
“Ibu inget Oma Nancy? Yang tinggal di belakang rumah?” Mbok Nar malah balik bertanya. Bunda mengangguk.
“Iya, ingat. Nenek tua yang hanya tinggal dengan seorang pembantu itu, kan? Yang rumahnya besar?” jawaban Bunda malah berbentuk pertanyaan. Kali ini gantian Mbok Nar yang mengangguk.
“Sekarang lagi rame di rumahnya, Bu. Ada polisi segala. Katanya, Oma Nancy mati dibunuh perampok!” jawab Mbok Nar benar-benar mengejutkan Bunda dan Nida.
“Apa??!! Ah, yang bener?” tanya Bunda tak percaya. Mbok Nar mengangguk keras.
“Bener, Bu!” jawabnya tegas. Bunda dan Nida saling tatap, masih tak percaya….
Oma Nancy…. Kasihan sekali nenek tua itu. Hidup sendiri hanya ditemani oleh seorang pembantu. Anak-anaknya telah hidup sukses, kaya-raya dan sangat sibuk sehingga tak sempat sering-sering mengunjungi Oma Nancy. Walaupun mereka tinggal di kota yang sama, tiga orang anak Oma Nancy yang semuanya telah berkeluarga, belum tentu mengunjunginya tiga bulan sekali. Dan kini, Oma Nancy mati dibunuh perampok? Betapa mengerikan! Apakah tak ada yang tahu kejadiannya? Mendengar teriakannya? Rumahnya terletak di blok yang membelakangi rumah Nida. Nida merinding. Tak adakah yang melihat perampok-perampok itu?
Malamnya, ayah melengkapi kisah Oma Nancy. Karena sepulang dari kantor, ayah mengikuti perkembangan kisahnya secara langsung dan mendapat penjelasan dari Pak RT.
“Diduga keras yang membunuh Oma Nancy adalah pembantunya yang baru sebulan bekerja di rumahnya itu,” kata ayah.
“Ih, kejam banget!” pikir Nida sambil meringis.
“Karena tak ada tanda-tanda pintu dirusak paksa. Pintu terkunci dari luar. Sang pembantu menghilang berikut pakaiannya dan barang berharga Oma Nancy. Kata anaknya, Oma Nancy menyimpan sebuah kotak perhiasan berisi emas permata bernilai puluhan juta rupiah. Kotak itulah yang hilang. Kematian Oma Nancy karena dicekik dengan seutas kawat. Si pembantu tahu, keluarga Oma Nancy jarang menghubunginya sehingga si pembantu yakin dia pasti sempat pergi jauh sebelum perbuatannya itu diketahui orang lain. Seandainya anak-anak Oma Nancy lebih memperhatikannya, menelepon setiap hari untuk mengecek keadaan Oma Nancy, pasti kejadian itu dapat lebih cepat diketahui” lanjut ayah lagi.
“Lho, memangnya kejadiannya kapan, Yah?” tanya Bunda.
“Oma Nancy telah meninggal sejak seminggu yang lalu…. Tak sengaja kejadian itu diketahui setelah pembantu sebelah rumahnya curiga mengapa pembantu Oma Nancy lama tak terlihat membeli sayur di tukang sayur keliling langganan mereka. Malah, tak pernah terlihat keluar untuk menyapu halaman rumahnya,” jawab ayah.
Oooh, Bunda dan Nida sama-sama terkejut dan terenyuh mendengar nasib Oma Nancy.
“Anehnya, di atas mayat Oma Nancy tergeletak bangkai seekor kucing berbulu kuning. Sepertinya kucing itu adalah kucing anggora kesayangan Oma Nancy yang setia menunggui mayat majikannya sampai kucing itu sendiri ikut mati kelaparan….” Ayah meneruskan ceritanya.
Nida langsung pucat pasi mendengarnya! Kucing? Anggora… berbulu kuning?
“Si Koneng?” tanyanya dalam hati. Rasanya Nida mau pingsan!

My HoRozcOp


Sagitarius - Pemanah
(23 November - 21 Desember)


Berjiwa Petualang, Pandai, Suka Kebebasan, Mandiri, Pandai Berdiplomasi, Berpandangan Luas

Nomor Keberuntungan: 1, 12, 19, 25, 37, 46

Aroma Keberuntungan: Lemon, Kayu Oak, Bunga Pala, Bunga Rosemary, Cengkeh.

Planet Yang Mengitari: Jupiter

Bunga Keberuntungan: Bunga Melati, Bunga Anyer.

Warna Keberuntungan: Biru Violet, Ungu

Batu Keberuntungan: Batu Amethyst

Elemen Keberuntungan: Api

Pasangan Serasi: Gemini

Para sagitarius merupakan sosok yang jujur, terus terang, energik dan pandai membawa diri. Mereka mencapai tujuan karena memiliki pikiran yang positif, namun demikian ide-ide mereka sering kali sulit dimengerti. Mereka suka mengambil kesimpulan tanpa mengumpulkan fakta terlebih dahulu. Mereka memiliki wawasan yang luas, flexibel dan diplomatis. Keinginannya untuk berpetualang membawanya ke tempat yang jauh. Kaum Sagitarius dapat menjadi teman perjalanan yang menyenangkan karena pandai beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Mereka pribadi mandiri. Sebagai teman seperjalanan, mereka penuh pesona dan menyenangkan. Walaupun uang saku mereka habis, namun mereka tidak pernah menyesalinya karena mereka menikmati apa yang telah mereka dapatkan. Sagitarius adalah pemula yang pandai membawa diri, selalu sedia menolong yang lain. Mereka membuat orang lain terinspirasi oleh antusiasme yang ada dalam pribadi mereka. Mereka suka menjadi pemimpin dan mudah tenar. Mereka suka bekerja di luar, asalkan nyaman dan penuh gaya. Mereka pesaing yang tangguh, suka bergabung di klub bergengsi. Sagitarius adalah jiwa yang bebas, menyenangkan dan mempunyai banyak teman.

Asmara para Sagitarius: Sagitarius tidak suka komitmen, mereka takut terikat dan kehilangan kebebasannya. Mereka menjalin hubungan yang memungkinkan mereka untuk datang dan pergi sesuka hatinya. Namun bila mereka menemukan pasangan yang setuju dengan gaya hidupnya, mereka akan menghabiskan waktu bersama pasangannya selamanya. Sagitarius suka mencoba hal baru, demikian juga dalam hal bercinta. Mereka gemar mencoba dan akan cepat bosan bila bercinta di tempat yang sama.

Rabu, April 08, 2009

puisi...

Kuliahat jingga dengan semangat barunya keluar dengan penuh kuasa....

Di atas deru ombak dan kisaran angin semilir...

Diriku hanya dapat terpukau menikmatinya...

Indahnya...

Namun aku merasa sepi...

Tanpa ada bianglala yang selalu mengisi hari-hariku...

Sedang apa dia sekarang...???

Angin...

Kirimkan salam ku penuh rindu kepadanya...

Teks Drama

CINTA DUA ZAMAN

Drama ini mengisahkan tentang Jhony, Saprol dan James yang berhasil masuk ke dalam kehidupan masa lalu secara tiba-tiba. Kegitaan memancing yang mereka lakukan berubah menjadi sebuah petualangan di sebuah kerajaan Melayu yang pernah ada sangat lama sebelum kehidupan mereka ada. Peristiwa ini terjadi setelah Jhony membaca sebuah mantra yang ditemukan di sungai tempat mereka memancing.Dalam petualangan mereka itu, mereka tinggal bersama dengan raja dan permaisuri pemimpin kerajaan melayu. Mereka meminta bantuan raja untuk menemukan cara agar mereka dapat kembali.

Selama tinggal di sana mereka bertemu dengan Putri yang cantik bernama Putri Dara Juanti. Ketiganya ingin mendapatkan hati putri dan menikah dengan putri. Sang raja sulit untuk memutuskan, dan berkat ide dari penasehat kerajaan, diadakan pertandingan untuk mendapatkan pemenang yang kemudian akan menikahi Putri Dara Juanti. Tapi, akhirnya sang pemuda yang mencintai putri Dara Juanti akhirnya harus meninggalkan Putri Dara Juanti.

Dengan . . .

Sutradara : Irwan Sugianto

Ide dan Skenario : Irwan Sugianto

Penulis Naskah : Klara Arinta

Para Pemain :

Ari Sandie Sebagai Jhony

Nikson F. Saefban Sebagai Saprol

Kristianus Rendra Sebagai James

Ilkam Purwanto Sebagai Raja Gusti Paku Negara

Berlian Tri Yanie Sebagai Permaisuri

Witri Sebagai Putri Dara Juanti

Zainurrahman Sebagai Pak Sulaiman

Lilis Susanti Sebagai Susan (Ibu Jhony)

Kustiani Sebagai Siska (Tante Jhony) dan Gadis Melayu

Guntur Setyo Sebagai Danurwendra (Penasehat Raja)

Almi Indah P. Sebagai Dayang Meih (Teman Putri Dara Juanti)

Klara Arinta Sebagai Ayong Ara

Junry Octo E. Sebagai Bujang Malaka (Pengawal Kerajaan)

Irwan Sugianto Sebagai Julonk dan Ahli Mantra Kerajaan

Inilah drama dengan judul: CINTA DUA ZAMAN. Selamat membaca….!

LATAR I :

Teras rumah Saprol.

ADEGAN I :

( Tampak Saprol duduk tengah membaca Koran dengan serius. James lewat di depan rumah Saprol dengan serta merta menyapa Saprol. )

James : “Woooi prol….!! Asik bener baca korannya…” (saprol terkejut)

Saprol : “Wooi….james…!!! Buat aku kaget aja. . .” (James duduk di sebelah Saprol )

“Dari mana aja udah lama nih nggak kelihatan batang idung mu. . .”

James : “Oooh…baru aja dari rumah. . .emang sengaja mau mampir kesini aku . . . Nggak ganggu kan . . . ?”

Saprol : “Yaa enggak lah . . . apa aja kegiatan mu akhir - akhir ini ? Aku dengar usahamu makin maju yaa. . .?”

James : “Yaa. . .begitulah . . . sebulan ini aku disibukkan dengan perkebunan yang baru aku buka. . .

Pusing aku kenanya. . .bis banyak banget hambatannya. . .”

Saprol : “Tenang aja brow. . .rileeeks. . .Refreshing kek biar kamu nggak tegang gini. . .”

James : “Yaa. . .aku memang udah mikirinnya. Aku pengen bersantai ria akhir minggu ini tapi nggapain yaa. . .enaknya ?”

Saprol : “Hmmm. . .” (bergaya seperti orang binggung)

“Haa . . . . Bagaimana kalau kita memancing di sunggai di kampongku . . . ? Sesekali memancing di tempat yang begitu kan asyik, gimana?”

James : “Waaah . . . ide bagus prol . . . !!” (menepuk bahu saprol)

“Tumben kamu pinter . . . kapan kita perginya ?”

Saprol : “Bagaimana kalau besok pagi . . . ?”

James : (mengangguk - angguk setuju) “Boleh saja . . .” (tiba - tiba ingat sesuatu) “Rasanya ada yang kurang nih !”

Saprol : “Aapa . . . ?” (sambil mengerutkan dahi)

James : “Ah . . . masa kamu nggak merasa ? Nggak afdol kan kalau si jhony nggak ikut . . . “

Saprol : “Ya ! Benar banget ! kita ajak aja dia biar rame . . . Kamu punya nomor hp nya ?”

(James mengeluarkan HP dari sakunya. Memencet beberapa tombol )

James : “Ya, ini aku punya nomornya, aku telpon dia sekarang yaa . . .”

(James menelfon Jhony)

James : “Hallo, Jhon . . . ! Bisa kerumah Saprol sekarang nggak . . . ?”

(seperti sedang menunggu jawaban )

“Ada yang ingin aku sampaikan, sob . . . !”

“Ooh, baiklah. Besok aku dan Saprol mau pergi memancing di kampungnya Saprol . . . Mau ikut nggak ?

(ekspresi senang)

“Khey , bagus ! Kami tunggu besok dirumah Saprol yaa . . . jam 6 pagi ? Don’t be late ! Bye . . . !!

(menekan tombol pada handphone)

“Siiip . . . Jhony mau dia ikut kita besok “

Saprol : “Wah, bagus kalau begitu. Besok pasti seru. “

James : “Harus itu.”

“Kalau begitu aku pulang dulu yaa . . . ?” (sambil melangkah keluar dan melambaikan tangan )

Saprol : “Yaa, sampai ketemu !” (membalas lambaian)

LATAR II :

Di rumah Jhony pada pagi hari.

ADEGAN II :

Narator : Pagi itu, Saprol, James dan Jhony telah siap untuk berangkat memancing. Mereka akan berpamitan dengan Ibu Susan, mama Jhony.

(Saprol, James dan Jhony berdiri di teras rumah, berpamitan dengan mamanya Jhony dan ada tantenya Jhony)

Jhony : “Mama, Jhony dan teman - teman pergi memancing dulu yaa . . . “

Susan : “Mau mancing ikan dimana Jhon . . . ?”

Jhony : “Kami mau memancing di kampungnya Saprol mam . . . .”

Susan : “Mau mancing keributan yaa . . . !!”

Jhony : “Aah . . . mama, bisa aja . . .” (sambil tersenyum)

(Tiba - tiba tantenya Jhony muncul)

Siska : “Udah dibawa semua belum perbekalannya ?”.

Jhony : “hmmm . . . udah semua kok tant, kayaknya . . .! (serius) “Eh . . . tant ntar kalau masih ada yang kelupaan anterin yaa buat Jhony”.

Siska : “Iyaa . . . nanti pasti tante sama mama anterin kok . . .”

Susan : “Ya udah, berangkat sana . . . Kesiangan nanti nyampai di Sunggainya kan keburu nggak ada ikan . . .”

Jhony : “Iyaa, mam ! Kami berangkat dulu yach . . .?”

(Jhony mencium tangan ibu dan tantenya, yang kemudian di ikuti oleh James dan Saprol)

Jhony, Saprol dan James : “Daa . . . mama, tante . . .!!”

(mereka melangkah meninggalkan rumah menuju sunggai yang ada dikampungnya Saprol)

LATAR III :

Tepi sungai. Pagi hari dengan cuaca cerah.

ADEGAN III :

(Jhony, James dan Saprol duduk di pinggiran sungai. Memancing dan mereka mulai bosan karena belum ada satupun ikan yang memakan kail mereka)

James : “Udah lama gini kok belum dapat - dapat sih ikannya . . . !!” (bersikap gusar)

Jhony : “Sabarlah . . . Ini dia seninya memancing. Iya nggak Prool ?”

Saprol : “Iya, lagian airnya ini sepertinya terlalu tenang. Mungkin aja ikannya pada bobo atau mungkin saja umpan kita kurang lezat.”

(Beberapa saat mereka terdiam)

Jhony : “Aku curiga sesuatu !”

Saprol dan James : “Apa ?” (Bersamaan)

Jhony : “Aku curiga kalau sekarang ikan sudah ganti makanan faforit yaah . . .?? Dulu memang cacing. Tapi, sekarang Burger, Hot Dog, Bakso . . .”

James : “Huhh . . . !! Sekalian bawa restro aja deh ! (setengah kesal)

Saprol : “Ada - ada aja kamu tu Jhon . . . Kalau ikannya kamu sih aku percaya !” (sambil tertawa)

Jhony : “Lu kate gue ikan ?”

(tiba - tiba pancing milik James bergerak - gerak)

James : “Woi . . . ! Sepertinya ikan udah makan umpanku nih !” (penuh semangat menarik pancingnya)

(Saprol dan Jhony menunggu sampai pancing keluar dari dalam sungai. Ternyata yang tersangkut pada kail James adalah sebuah kantung kain dan mereka semua bingung bercampur terkejut)

James : “Apa ini . . . ?” (membolak balikkan kantong tersebut, kemudian memberikan kapada saprol , Saprolpun memperhatikannya)

Saprol : “Kita buka aja yaa . . .?” (membuka kantong itu)

Jhony : “Yaa . . . buka aja.”

(dari dalam kantong tersebut mereka menemukan gulungan kertas tua dalam plastic. Plastik itu di buka dan ditemukan tulisan di dalamnya terdapat bahasa yang aneh dan tidak mereka mengerti)

James : “Apa ini . . . ? Surat apa ?”

Saprol : “Entahlah . . .” (Jhony meraih surat tersebut dan mengejanya perlahan - lahan)

Jhony : ” Awab imak ek naajarek namaz uyalem uluhad”.

(tanah bergetar, asap menyelubungi mereka dan mereka hilang dari zamannya)

LATAR IV :

Jalan desa, beberapa orang desa lalu lalang

ADEGAN IV :

Narator : Mereka tiba di tepi jalan pedesaan yang masih banyak terdapat hutannya. Daerah itu begitu asing untuk mereka. Kehadiran mereka membuat orang-orang yang lewat ditempat itu meliat mereka dengan aneh dan menjadi takut.

(Mereka bertiga tiba di suatu tempat yang masih banyak hutan. Beberapa orang lalu lalang memandang aneh kehadiran mereka bertiga, karena dandanan mereka yang lain. Mereka bertiga kebinggungan)

(Lewat dua orang dayak )

Ayong ara: “Eweh tu na ?” (sambil bergidik ngeri)

Julonk : “Diak ku tawa . “

(keduanya pergi meninggalkan tempat tersebut seperti orang ketakutan. Jhony, James dan Saprol bingung melihat tingkah laku kedua orang dayak tersebut. Lalu beberapa saat kemudian lewat lagi sepasang orang melayu)

Gadis Melayu 1 : “Sopai tuk kak . . .? Soram adek ngeronong e beh.”

Gadis Melayu 2 : “Ajom tau dek . . .! Urang ajom waras kali’ am . . . Kita pogi buh de’ . . . !”

(kedua gadis itu meninggalkan tempat tersebut dengan agak ketakutan dan Jhony, James serta Saprol pun semakin kebingungan sedang di mana mereka)

James : “Kita dimana ?” (kebingungan dan setengah ketakutan)

Saprol : “Entah aku juga tidak tahu.” (kebingungan)

Jhony : “Apa mungkin kita kembali ke masa lalu ?” (lebih tenang dari yang lain)

James : “Kamu jangan bercanda ! bagaimana mungkin dizaman kita yang sudah maju ini lalu kita bisa balik kemasa lalu ?”

Jhony : “Tapi, sepertinya memang begitu. Lihatlah ! tidak seperti di zaman kita.” (mereka bertiga memperhatikan orang - orang yang lewat di depan mereka)

Saprol : “Yaa . . . sepertinya kita kembali ke masa lalu !”

James : “Oh my God ! Apa yang harus kita lakukan sekarang ? Aku ingin pulang ! Aku tidak mau tinggal disini !”

Jhony : “Tenanglah !” (dengan nada agak tinggi) “Kita tidak bisa berfikir kalau kita panik begini !” (menarik nafas untuk mengendalikan emosi dan setelah agak tenang ia bicara kembali) “Bagaimana kalau kita tanyakan saja kepada orang - orang yang lewat saja ?”

Saprol : “Usul yang bagus ! tapi apa kira - kira mereka mengerti apa yang kita bicarakan ?” (hening sejenak dan beberapa saat kemudian lewatlah seorang penduduk)

Jhony : “Maaf pak , kalau boleh tahu. Kami ini di mana ?”

(Penduduk tersebut dengan tenang memperhatikan ketiga pemuda tersebut dengan penuh rasa heran beberapa saat, baru kemudian menjawab dengan datar)

Pak Sulaiman : “Ini kampung melayu dan dayak “ (sikap waspada tetapi dingin. James dan Saprol menarik nafas lega karena ada yang mengerti bahasa mereka).

Jhony : “Melayu ?” (dengan penuh rasa heran)

Pak Sulaiman : “Iyaa . . . ini kampong melayu yang di dalamnya terdapat suku melayu dan suku dayak yang hidup rukun. Yang mulia Gusti Paku Negara raja kami.”

James : “Ayo, tunjukkan sama kami jalan keluar dari kampong ini . . . ! Kami ingin kembali ke tempat asal kami pak . . . !!” (tidak sabaran menguncang - guncang bahu pak Sulaiman, Jhony berusaha melerai )

Jhony : “Tenanglah James ! kita tidak perlu tergesa - gesa . . .”

Pak Sulaiman : ” Kalian Siapa?”

Jhony : “Perkenalkan pak, saya Jhony dan ini teman-teman saya James dan Saprol. Bapak ini siapa ya?”

Pak Sulaiman : ” Saya Sulaiman, masyarakat biasa. Namun dulu pernah berkerja di kerajaan. Kalian berasal dari mana ?”

Saprol : “Kami dari zaman modern. Sebelumnya kami tengah memancing ikan dan tiba - tiba kami menemukan kantung yang di dalamnya terdapat kertas dengan satu kalimat yang tidak kami mengerti. Setelah kami membaca kalimat tersebut, kami tiba - tiba saja berada di sini. Bapak tau jalan keluar dari sini ?”

Pak Sulaiman : “Zaman modern ? Apa itu ?” (bingung tapi tetap tenang dan sangat waspada)

Saprol : “Zaman modern adalah suatu daerah yang sudah maju. Dimana semua kegiatan sudah tersentuh dengan tekhnologi yang canggih - canggih. “

(pak Sulaiman berexpresi tidak mengerti)

James : “Zaman modern itu adalah tempat yang kehidupannya lebih gampang. Misalnya saja ada mobil, kereta api, pesawat terbang, dan masih banyak lagi. Ayo pak ! beritahu kami di mana jalan keluar dari kampung ini untuk kembali ke tempat asal kami ?”

(James setengah memaksa . Jhony pun mencoba menahannya)

Pak Sulaiman : “Tidak ada jalan keluar dari kampung ini yang dapat mencapai tempat itu.” (sikap dingin)

James : “Apa ? Tidak ada ? Bagaimana mungkin ?!” (setengah tidak percaya dan emosi)

Jhony : “Tenanglah . . . barangkali bapak ini memang tidak mengerti tempat yang kita maksud.”

Pak Sulaiman : “Memang tidak ada jalan keluar dari kampung ini.”

Jhony : “Lalu bagaimana nasib kami . . . ? Tolong bantu kami untuk pulang pak . . .” (memohon dengan sangat)

Saprol : “Iya . . . tolong kami pak ! kami mau pulang . . .”

Pak Sulaiman : “Tidak ada satupun jalan keluar di kampung yang dapat menuju ke tempat mu.”

James : “Hei bung ! Jangan bercanda ! Bagaimana hal itu bisa terjadi ?!” (emosi )

Pak Sulaiman : “Gulungan kertas yang kalian temukan sesungguhnya ialah mantra kutukan. Hanya orang dengan hati yang tulus yang dapat membawa kalian kembali.”

Saprol : “O M G P D A”

James dan Jhony : “Apaan tuuh . . . ??” ( kompak )

Saprol : “Oh My God Please Deh Aaah . . . !”

James : “Uuh . . . kirain ! Jhon, sekarang kita harus gimana ?”

Jhony : “Entahlah, aku juga bingung.” (sesaat berfikir) “Pak, bisa kami bertemu dengan raja kerajaan ini sekarang . . . ?”

Pak Sulaiman : “Tentu saja.”

Jhony : “Kalau begitu antarkan kami sekarang.”

Pak Sulaiman : “Baiklah, ikutlah dengan ku.”

(semua melangkah keluar panggung. Pak Sulaiman ada di depan yang lain mengikutinya)

LATAR V :

Bagian dalam kerajaan. Dua buah bangku untuk singasana raja. Raja duduk bersama ratu.

ADEGAN V :

Narator : Di dalam kerajaan raja dan permaisuri kerajaan melayu sedang berbincang-bincang.

Raja : “Permaisuri ku . . .” (dengan nada bijaksana)

Permaisuri : “Iya kandaku . . .” (mesra)

Raja : “Senang rasanya melihat kerajaan ini makmur dan tentram.”

Permaisuri : “Iyaa . . kanda . . . semua ini berkat kerja keras kanda membangun kerajaan ini. Sudah selayaknya kanda merasa bangga.” (Raja turun dari tempat duduk dan berekspresi sedih)

Raja : “Tapi ada hal yang aku sedihkan dinda . . .”

Permaisuri : “Apa itu kanda ?” (Penuh perhatian) “cerita kan pada dinda, sayang . . .”

Raja : “Tidakkah dinda merasa kalau usia kita semakin tua ? Siapa yang akan mengantikan posisiku kelak ? Sedangkan anak kita perempuan semata wayang. Walaupun ilmu kepemimpinan telah aku ajarkan, tetap saja aku mendambakan pemimpin laki - laki di kerajaan ini.”

Permaisuri : “Aku mengerti kanda. Tapi perempuan juga dapat memimpin. Asalkan kanda percaya, aku yakin putri kita mampu memimpin kerajaan ini.”

Raja : “Iya, dinda ku . . . Mungkin ini hanya ke khawatiran kanda saja. Aku percaya, siapapun yang memimpin kerajaan ini, asalkan berhati bersih dan tulus mengabdi tentu akan membawa perubahan yang baik bagi rakyat kita.”

(Menghadap ratu dengan senyuman lalu duduk kembali)

(tiba - tiba Bujang Malaka datang membawa kabar).

Bujang Malaka : “Ampun Yang Mulia, ada tamu yang ingin bertemu dengan yang mulia sekarang.” (Berlutut dan memberi hormat dengan raja)

Raja : ” Siapakah tamu ku itu?”

Bujang Malaka : ” Maafkan hamba Yang Mulia, hamba tidak mengenali mereka. Mereka hanya inngin bertemu dengan Yang Mulia.”

Raja : ” Baiklah. Suruh mereka supaya masuk.”

Bujang Malaka : ” Baik Yang Mulia.” (Pengawal mundur ke belakang dan melangkah keluar. Beberapa saat kemudian Pak Sulaiman masuk ke dalam di ikuti oleh Jhony, James dan Saprol. Pak Sulaiman member hormat dan berlutut, diikuti oelh Jhony, James dan Saprol )

Pak Sulaiman : “Maafkan hamba yang Mulia, telah berani lancang datang menemui Yang Mulia ke kerajaan ini. “

Raja : ” Maaf saya terima. Duduklah.”

(Pak Sulaiman, Jhony, James dan Saprol duduk bersila menghadap raja)

Raja : ” Siapakah kalian ini sampai datang kemari ingin menemuiku?”

Pak Sulaiman : ” Perkenalkan Yang Mulia, hamba bernama Sulaiman. Sedangkan ketiga pemuda ini adalah Jhony, James dan Saprol. Hamba hanya masyarakat biasa. Ketika melintasi jalan desa, hamba bertemu dengan mereka. Mereka berasal dari zaman modern, sebuah tempat yang belum pernah ada pada masa ini.”

Raja :” Zaman Modern?” (dengan nada heran)

Pak Sulaiman : ” Ya, Yang Mulia. Mereka telah membaca mantra kutukan. Mantra kutukan itulah yang membawa mereka hingga kemari. Dan maksud kedatangan mereka ke kerajaan ini mohon petunjuk dari Yang Mulia agar mereka dapat kembali ke zaman mereka.”

Saprol : ” Ya, Yang Mulia. Kami ingin kembali ke tempat asal kami.”

(Suasana hening sebentar. Raja memikirkan jalan keluarnya)

James : ” Apakah tidak ada cara untuk kami kembali Yang Mulia?”

Raja : ” Sayang sekali. Dahulu mantra itu belum ada penawarnya. Belum ada yang pernah berhasil memecahkan misteri mantra itu. Pernah ada yang mengatakan bahwa orang yang baik dan berhati tulus yang dapat memecahkan mantra itu. Namun sampai saat ini belum ada yang mampu, sehingga mantra itu akhirnya di buang. Tidak ada yang menyangka kalau akan ada yang menemukan. Akan aku bicarakan hal ini dengan Danurwendra, Penasehat kerajaan ini.”

Jhony : “Terima kasih Yang Mulia. Tapi sekarang, bagaimana dengan nasib kami semua? Kami tidak punya tempat tinggal apa lagi sanak saudara…”

Raja : ” kalian tenang saja. Untuk sementara ini kalian dapat tinggal di kerajaan ku.”

Jhony : “Kami semua mengucapkan terima kasih atas kemurahan hati Yang Mulia karena telah menerima kami di sini.”

Raja : “Iya, sudah demikianlah layaknya kita saling membantu.”

Pak Sulaiman : ” Kalau begitu Yang Mulia, hamba mohon diri. Tugas hamba mengantarkan ketiga pemuda ini sudah selesai.”

Raja : ” Baiklah Pak Sulaiman. “ (Pak Sulaiman meninggalkan kerajaan) “Kalian bertiga akan diantarkan oleh Bujang Malaka, pengawal kerajaan ini menuju ke kamar kalian.” (memanggil pengawal) “Pengawal?”

Bujanng Malaka : “Hamba Yang Mulia.” (sambil berlutut dan member hormat)

Raja : ” Antarkan tamu-tamuku ini ke kamar tamu kerajaan dan perintahkan pegawai kerajaan lainnya untuk menjamu mereka.”

Bujang Malaka : ” Baik Yang Mulia.”

(Bujang Malaka diikuti oleh Jhony, James dan Saprol keluar panggung)

LATAR VI :

Taman kerajaan.

ADEGAN VI :

Narator : Sore itu, James, Jhony dan Saprol berjalan-jalan bersama di taman kerajaan. Mereka ingin menikmati keindahan alam di kerajaan itu.

James : “Gilaa… Aku nggak nyangka banget Raja Akan sebaik ini dengan kita.”

Saprol : ” Iya, aku juga. Raja percaya banget sama kita.” (kemudian memandangi sekitar taman) “wah… asri juga pemandangannya… iya nggak Jhon?” (menepuk bahu Jhony dan Jhony terkejut karenanya)

Jhony : “Eh, iya, iya.” (tergagap karena kaget) “Udara disini masih benar-benar segar dan sejuk.” (tiba-tiba menghenntikan langkah dan menmunngut sesuatu dari tanah) “Apaan nih?” (sambil memperhatikan benda tersebut, diikuti oleh James dan Saprol)

James : “Ooohhh… Ini sih bros namanya. Itu lho yang biasa dipake cewek-cewek di baju.”

Saprol : ” Coba kamu yang pake.” (sambil pura-pura menyematkan bros tersebut ke baju James)

James : ” Ich! Lebai….” (sambil bergaya seperti orang yang jijik terhadap sesuatu, kemudian melepas bros tersebut dan memberikannya kepada Jhony) “Nih, simpan!”

Jhony : “Buat apa nyimpan ginian?”

James : “Buat jampe-jampe! Hahahaha…”

(Tiba-tiba dari arah berlawanan muncul Putri Dara Juanti dan kedua temannya yaitu Ayong Ara dan Dayang Meih sedang mencari sesuatu di tanah. Putri Dara Juanti kelihatan sangat khawatir)

Dara Juanti : “Aduh… Tadi di sekitar sini… Masa’ nggak ada sih?” (sambil terus mencari-cari sesuatu, diikuti oleh kedua temannya tersebut)

Dayang Meih : “Kamu yakin jatuhnya di sini? Nggak ketemu nih…”

Dara Juanti : “Iya, aku yakin… Uuh… mana sih…”

Ayong Ara : ” Kalau nggak ada gimana? Mungkin aja kan udah di ambil orang…”

Dara Juanti : ” Aduh, Ra…. Aku sayang dengan bros itu…”

Ayong Ara : “Yaa… Mau gimana lagi kalau nggak ketemu gini… “

Dayang Meih : ” Benaran hilang nih…”

Dara Juanti : ” Meih..” (Dara Juanti hampir menangis. Jhony mendekati ketiga gadis itu.)

Jhony : ” Nyari ini?” (sambil memberikan bros itu kepada Dara Juanti)

Dara Juanti ; “Brosku!!!” (sambil mengambil bros tersebut dengan girang) “Dimana kalian menemukannya? Aku senang sekali. Terima kasih ya?” (sambil memeluk bros itu)

Jhony : ” Iya, aku tidak sengaja menemukannya. Tadi hampir terinjak olehku.”

Dara Juanti : ” Oya? Yah… bagaimana pun itu, aku tetap berterima kasih. Boleh tahu kamu siapa? Aku Dara Juanti, putri Raja Gusti paku Negara, dan ini Ara dan Meih, teman-temanku.” (sambil bersalaman dengan Jhony bergantian)

Jhony : “Jhony. Kenalkan ini teman-teman ku, James dan Saprol.” (Sambil bersalaman dengan Dara Juanti bergantian.)

James : “Oooohhhh… Ini Putri Raja? Ckckckckck… Cantik…” (setengah menggoda)

Saprol : “Gileeee… cantik banget sih…”

Dara Juanti : ” Kalian ini dari mana? Dandanan kalian tidak seperti orang kebanyakan disini.”

James : “Jadi gini Putri… Kami ini datang dari zaman modern, zaman dimana kehidupan sudah sangat maju. Entah gimana caranya, hanya karena sehelai kertas, kami bisa ada disini dan nggak bisa kembali.”

Dara Juanti : ” oh, begitu ya?” (tiba-tiba mimic Dara Juanti berubah panic) “siapapun kalian, aku berterima kasih karena sudah menemukan brosku. Sekarang aku pergi dulu.” (sambil menggandeng Meih dan Ara)

Saprol : “Eh, mau kemana? Kenapa buru-buru?”

Dara Juanti : “Maafkan aku, tapi kami dilarang berbicara dengan orang asing.” (sambil melangkah setengah berlari keluar panggung bersama Meih dan Ara.)

James : “Yahh… Prol… Pergi…”

Saprol : ” Ah, nanti juga ketemu lagi. Dia kan putri kerajaan ini, tentunya nggak akan jauh dari kerajaan ini. Iya nggak, Jhon?” (sambil menepuk bahu Jhony sehingga membuat Jhony kaget)

Jhony : “Eh, iya, iya..” (tergagap karena kaget)

Saprol : “Nah lho… Naksir ya?”

Jhony : “Nggak.” (Pura-pura)

James : “Ngeles… Saingan ma aku ya?”

Jhony : “Ah, udah! Pulang yuk?”

(Jhony, James dan Saprol meninggalkan panggung)

LATAR VII :

Kamar tidur. James, Jhony dan Saprol berbaring.

ADEGAN VII :

Narator : Ternyata ketiga pemuda itu jatuh cinta dengan Putri Dara Juanti. Malam hari sebelum mereka tidur, mereka masih membicarakan kecantikan sang Putri.

James : “Koq aku nggak bisa berhenti memikirkan Putri Dara Juanti ya? Cantiknya itu lho…”

Saprol : “Iya, aku juga…”

James : ” Eh, gimana kalau aku lamar saja putri itu?”

Jhony : “Nekat banget kamu, James… Belum tentu putri itu mau dengan kamu.”

Saprol : “Bener! Aku setuju, Jhon. Iya kalau putri mau dengan kamu, James. Kalau maunya sama aku? Payah gak kan…”

Jhony : “Uh! Sama aja!”

James : “Ah, aku tetap akan melamar putri. Tampangku cakep banget, masa putri mau nolak?”

Saprol : “Sok Kecakepan lu!”

James : “Eittssss… Jangan salah… Gini-gini James Bond kalah tau?! Pokoknya besok aku akan melamar Putri Dara Juanti. Kalau perlu kita saingan untuk dapatin putri.”

Saprol : “Setuju. Lagian yang naksir sama putri kan bukan kamu aja, aku juga. Gimana, Jhon?”

Jhony : “Yah, terserah aja deh… Tapi resikonya aku nggak ikut tanggung jawab lho.”

James : ” Tapi kamu naksir putri juga kan?”

Jhony : “Iya sih… Tapi kan…”

James : “Ah! Sudah! Pokoknya besok kita sama-sama menghadap raja untuk melamar. Aku nggak sabar ingin secepatnya bersanding dengan putri. Oh… Putri Dara Juanti… I’m Coming…” (Kemudian semuanya tertidur)

LATAR V :

Singgahsana kerajaan.

ADEGAN IX :

Narator : sementara itu raja bersama penasehatnya sedang berbincang-bincang, membicarakan masalah kerajaan beserta kehadiran Jhony, James dan Saprol di kerajaan mereka.

Raja : ” Danurwendra, mantra itu ternyata ditemukan oleh pemuda-pemuda yang tadi siang datang ke kerajaan ini. Sedangkan kita tahu tidak ada yang berhasil keluar dari negeri ini dengan mantra itu. Bagaimana menurutmu?”

Danurwendra : “Ampun Yang Mulia. Hamba telah mendengar perihal kehadiran pemuda-pemuda itu di kerajaan kita. Sebagai solusinya, bagaimana kalau kita buatkan sebuah anti-mantra? Ini semacam mantra yang fungsinya membersihkan mantra yang telah ada.”

Raja : “Hmmmm… Ide yang baik. Siapa yang akan membuatnya?”

Danurwendra : “Hamba akan memerintahkan Ahli Mantra kerajaan kita untuk membuatnya, Yang Mulia.”

Raja : “Baik, perintahkan kepada Ahli Mantra kerajaan untuk membuatnya.”

Danurwendra : ” Baik, Yang Mulia. Kalau begitu hamba mohon pamit.”

Raja : “Ya, silahkan.”

(Danurwendra meninggalkan panggung)

ADEGAN X :

(Putri Dara Juanti memasuki panggung bersama permaisuri. Permaisuri duduk di samping raja, putri menyesuaikan)

Dara Juanti : “Ayah…” (Dengan nada manja)

Raja : “Iya, Putri ku… Ada apa?”

Dara Juanti : ” Ayah dan Ibu, aku senang sekali hari ini.”

Permaisuri : “Apa yang membuat kamu senang seperti ini, Putri ku?”

Dara Juanti : “Ayah dan Ibu, sepertinya aku sedang mengalami hal yang orang sebut jatuh cinta…”

Permaisuri : “Jatuh cinta? Pria mana yang berhasil merebut hati mu itu, Dara?”

Dara Juanti : “Dia Jhony, seorang yang berasal dari zaman modern, Bu…”

Raja : “Jadi kamu sudah bertemu dengan pemuda-pemuda itu?”

Dara Juanti : “Iya, Yah… Ayah nggak suka ya?”

Raja : “Bukan begitu, Putri ku… Mereka orang asing, jadi berhati-hatilah. Jaga sikap dan sopan santunmu!”

Permaisuri : “Benar Dara yang dikatakan ayah. Kamu perempuan, tidak selayaknya kalau kamu mengumbar kata cinta terlebih dulu. Biar lelaki itu yang datang dan menghampirimu.”

Dara Juanti : “Iya, ibu… ayah… Dara mengerti…”

Raja : “Sekarang pergilah tidur.”

Dara Juanti : ” Baik, Yah.”

(Dara Juanti meninggalkan panggung, diikuti oleh raja dan permaisuri)

ADEGAN XI :

Narator : Keesokan harinya, Jhony, James dan Saprol datang menghadap raja untuk melamar putri Dara Juanti.

(Raja dan permaisuri duduk di singgahsana. Jhony, James dan Saprol duduk bersila menghadap raja. Hadir pula disana Danurwendra)

James : “Jadi yang Mulia, kami bermaksud untuk melamar Putri Dara Juanti.”

Raja : “Kalian bertiga? Bagaimana mungkin aku menikahi putri ku dengan kalian semua sekaligus?”

Saprol : “Untuk itu, kami mohon kebijaksanaan raja…”

Raja : “Dinda, bagaimana ini?”

Permaisuri : ” Maafkan dinda… Tapi dinda rasa ini sulit diputuskan. Kita juga tidak bisa membiarkan Dara Juanti untuk memilih, karena dia akan melanggar adat kita. Kita minta saja pendapat penasehat kerajaan, kanda…”

Raja : “Terima kasih, dinda… Danurwendra, apakah pendapatmu terhadap hal ini?”

Danurwendra : ” Ampunkan hamba, yang Mulia. Menurut hemat hamba, kita selenggarakan saja sebuah pertandingan, yaitu pertandingan berbalas pantun. Siapa yang memenangkan pertandiangan tersebut, dialah yang akan mendapatkan Putri Dara Juanti.”

Raja : “Oh, ide yang bagus. Segera saja kita laksanakan pertandingan ini. Barangsiapa yang berhasil memenangkan pertandingan ini, akan menikah dengan putriku. Kalian setuju?”

Jhony, James, Saprol : “Ya, kami setuju.” (kompak)

Narator : Segera setelah itu pertandingan di selenggarakan. Disaksikan oleh masyarakat beserta kerabat kerajaan, pertandingan itu berlangsung. Setelah diundi, James dan Saprol mendapat kesempatan pertama dalam pertandingan. Pemenangnya akan bertanding lagi dengan Jhony dan dari bagian ini, pemenangnya akan menikahi Putri dara Juanti.

Saprol : “Buah kenari buah delima,

Dimakan bersama kulit-kulitnya.

Bertanding di sini karena Putri Dara

Pulang saja pasti aku pemenangnya”

(penonton memberikan tepuk tangan)

James : “Pergi memancing ikan gurameh,

Dapat seekor disimpan di balik batu

Jangan coba anggap aku remeh

Belum tau siapa aku…”

(penonton memberikan tepuk tangan)

Saprol : “Beli nanas sekeping dapat lima,

Kalau dimakan terasa sungguh manisnya

Mungkin aku tak sehebat kesatria

Tapi hanya aku yang mampu membuat putri jatuh cinta”

(penonton memberikan tepuk tangan)

James : “Buah nanas dimakan buaya,

Tapi kulitnya diberikan ikan.

Mungkin kamu bisa buat Putri jatuh cinta,

Tapi Putri Dara belum tentu cinta, ‘kan?”

(penonton memberikan tepuk tangan)

Saprol : “Duh…. Aku nggak bisa jawab lagi… Aku nyerah…”

Danurwendra : “Baiklah. Dengan begitu pertandingan pertama ini dimenangkan oleh James.” (penonton memberikan tepuk tangan) “Selanjutnya James akan bertanding dengan Jhony. Pemenangnya akan menikah dengan putri. “

James : “Pergi ramai-ramai mencari gading,

Gading dicari karena banyak yang membeli.

Untuk apa ikut bertanding?

Sudah pasti aku yang dapatkan hati Putri.”

(penonton memberikan tepuk tangan)

Jhony : “Banyak orang mencari gading,

Untuk dijadikan perhiasan di jari.

Tentu aku akan tetap bertanding,

Karena aku sungguh mencintai putri.”

(penonton memberikan tepuk tangan)

James : “Bawa jerami dengan tali,

Jerami disusun banyak sekali.

Kalau memang mencintai Putri,

Apa yang akan menjadi bukti?”

(penonton memberikan tepuk tangan)

Jhony : “Anak tupai makan kenari,

Burung pipit memakan jambu biji.

Apa saja akan jadi bukti,

Jiwa raga ini ku pertaruhkan juga sampai mati.”

(penonton memberikan tepuk tangan)

James : “Sudah, aku nyerah. Jhony memang hebat.”

Danurwendra : “Dengan demikian, pertandiangan ini dimenangkan oleh Jhony.” (penonton memberikan tepuk tangan) “Selanjutnya, keputusan akan diberikan oleh raja.”

Raja : “Terima kasih… Hasil pertandingan ini adalah akhir dan aku tidak akan mengingkari janji. Jhony akan menikah dengan Putri ku, Putri Dara Juanti. Bagaimana Putri ku, kamu bersedia menikah dengan Jhony?”

Dara Juanti : “Ayah, aku menerima hasil pertandingan ini…”

Raja : “Selamat Jhony, bersandinglah dengan Putriku.” (sambil menjabat tangan Jhony. Penonton memberikan tepuk tangan. Jhony bersanding dengan Putri Dara Juanti. Tiba-tiba datang Ahli Mantra Kerajaan ingin menyampaikan kabar.)

Ahli Mantra : “Ampunkan hamba, yang Mulia. Hamba datang ingin menyampaikan sesuatu.”

Raja : “Ada apa?”

Ahli Mantra : “Hamba telah berhasil menemukan anti-mantra yang diminta oleh yang Mulia. Pemuda dengan hati yang tulus di antara mereka bertiga yang dapat membawa mereka kembali dengan anti-mantra tersebut.”

Raja : “Bagaimana aku bisa tahu siapa di antara mereka yang berhati paling tulus?”

Ahli Mantra : “Menurut Ahli Nujum Kerajaan ini pemuda itu adalah yang memenangkan pertandingan ini, karena dialah yang paling sungguh dan paling tulus mencintai Putri Dara Juanti.”

Raja : “Kalau begitu, Jhony-lah orangnya.”

Putri Dara Juanti : “Apakah itu artinya Jhony akan meninggalkan ku, ayah?”

Raja : “Maafkan ayah… tapi Jhony memang harus kembali.”

Jhony : “Maafkan aku, Putri… tapi kenyatannya kita memang berasal dari dua zaman yang berbeda. Aku memang mencintaimu, tapi kehidupanku bukan disini, aku harus meneruskan hidup di tempat asalku… Maafkan aku Putri… Aku harus meninnggalkanmu…” (sambil memegang kedua tangan Putri. Putri menangis. Jhony melepasakan genggaman tangan. Kemudian bergabung dengan James dan Saprol untuk bersiap-siap menggunakan anti-mantra.)

Jhony : (membaca anti-mantra tersebut) “awab imak ilabmek “ (seketika mereka bertiga lenyap. Panggung ditutup)

Narator : Demikianlah akhirnya, James, Jhony dan Saprol kembali ke zaman modern dengan anti-mantra dan meneruskan kehidupan mereka.

Cerita ini hanya fiktif belaka. Bila ada kesamaan nama, tempat dan kejadian, itu hanya kebetulan saja. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

T A M A T

Senin, April 06, 2009

Lukisan Van Gogh : "Starry Night"






Istimewa
Lukisan van Gogh berjudul The Starry Night yang disimpan di Museum of Modern Art, New York saat ini mengandung gambar pusaran angin yang secara matematis sesuai dengan skala Kolmogrov.



Pusaran Angin Sempurna dalam Lukisan van Gogh


Beberapa lukisan Vincent van Gogh berisi gambar-gambar misterius yang mungkin menggambarkan kerumitan otaknya. Lukisan-lukisan tersebut menggambarkan pusaran angin yang secara matematis sangat mirip dengan pola pusaran air sebenarnya atau turbulensi udara yang terbentuk di belakang mesin pesawat yang membelah udara.

Jose Luis Aragon, seorang ahli fisika dari National Autonomous University of Mexico dan koleganya menemukan bahwa goresan pelukis Belanda itu sangat sesuai dengan formula matematika turbulensi. Bentuk-bentuk seperti itu terlihat pada lukisan The Starry Night yang dilukis tahun 1889 dan Road with Cypress and Star pada 1890.

Salah satu lukisan terakhirnya yang diberi judul Wheat Field with Crows pada 1890, sebelum ia bunuh diri pada usia 37 tahun dengan menembakkan pistol ke kepalanya, juga terdapat gambar pusaran angin. Lukisan-lukisan ini dibuat ketika van Gogh mengalami goncangan mental. Pelukis tersebut merasakan halusinasi, penurunan kesehatan, dan tidak sadar, bahkan mungkin terkena epilepsi.

"Kami yakin van Gogh memiliki kemampuan unik untuk menggambarkan turbulensi pada saat menderita goncangan jiwa berkepanjangan," kata Aragon.

Sebaliknya, lukisan berjudul Self-portrait with Pipe and Bandage Ear pada 1888 tidak menggambarkan pusaran angin satupun. Lukisan ini digambarkan van Gogh sebagai ’puncak kenikmatan’ dan banyak yang mengasosiasiakannya dengan obat-obatan aditif potassium bromida yang akhirnya merusak hidupnya.

Para ilmuwan telah berjuang selama berabad-abad untuk menggambarkan aliran turbulensi. Bahkan beberapa ahli menyatakan fenomenanya lebih rumit dari mekanika kuantum. teori modern untuk menjelaskan turbulensi baru dikemukakan pertama kali oleh ilmuwan Soviet Andrei Kolmogrov pada 1940-an.

Kolmogrov mengatakan terdapat hubungan matematika antara naik-turunnya kecepatan alirannya dan tingkat energi yang lepas karena gesekan. Persamaan yang dapat mengukur kemungkinan perbedaan kecepatan di dua titik aliran diformulasikan dalam skala Kolmogrov.

Persamaan inilah yang bandingkan Aragon dan koleganya dengan bentuk aliran angin di lukisan van Gogh. Mereka menggunakan citra digital lukisan-lukisan tersebut dan mengukur kemungkinan dua piksel di titik yang berbeda memiliki tingkat kecerahan yang sama.

"Mata kita jauh lebih sensitif dengan perubahan kecerahan daripada perubahan warna dan informasi terbesar di sebuah gambar ada pada kecerahannya," kata para peneliti.

Beberapa hasil lukisan van Gogh memperlihatkan skala Kolmogrov sesuai distribusi kecerahannya. Bentunya seperti terbentuk dari tiga buah pusaran dengan ukuran berbeda, dua yang berukuran besar dan pusaran kecil.

Menurut para peneliti, van Gogh adalah satu-satunya pelukis yang mampu mengarsir turbulensi dengan nilai matematika yang sangat tepat. Sejauh ini, beberapa bentuk pusaran yang dibuat pelukis lainnya tidak sesuai dengan formula skala Kolmogrov.

Lukisan The Scream yang dibuat Edvard Munch, misalnya, terdapat bentuk pusaran tapi tidak sesuai dengan pusaran yang diformulasikan Kolmogrov. Sedangkan, gaya berbeda yang dibuat Jackson Pollock sangat cocok dengan formula matematika bentuk fraktal.

Sabtu, April 04, 2009

Semut

Ahli biologi dan kimia telah bergabung dalam suatu usaha untuk memecahkan misteri kimia yang telah disimpan oleh semut selama berabad-abad, yaitu menemukan senyawa kimia yang semut gunakan untuk membedakan kawan atau lawan.
Ilmuwan di Inggris dan Finlandia telah menemukan bahwa semut Formica exsecta mensekresikan sebuah campuran rumit dari senyawa alkena, dan komposisinya adalah unik untuk setiap koloni semut. Studi tingkah laku telah menunjukkan bahwa perubahan kecil yang dilakukan pada komposisi senyawa alkena dapat memberikan reaksi yang berbeda bagi semut ini.
Bagi pemimpin penelitian, Stephen Martin dari Universitas Sheffield, perang kimia semut dan komunikasi mereka telah menjadi sebuah fenomena yang telah lama ingin diketahui mekanismenya. "Kami memulai dengan melihat semut semut yang menaruh telur-telur semut dari koloni mereka di dalam sarang koloni semut lain. Kami inigin mengetahui kenapa semut membiarkan ini terjadi" ujar Martin. "Namun ada sejumlah besar kimia pada telur telur itu, dan menemukan yang mana yang penting dan krusial untuk sistem pengenalan adalah sebuah masalah tersendiri dan telah menjadi permasalahan dalam kurun waktu sekitar satu abad"
Semut juga mampu mengenali beribu teman sarang dalam koloni mereka, namun segera melakukan penyerangan bila ada semut dari koloni lain. Walaupun ini pernah dianggap sebagai sistem pengenalan kimia dasar, serangga ini menghasilkan berbagai varietas dan camouran kimia, sehingga menentukan senyawa mana yang memperingati mereka terhadap serangan musuh merupakan suatu permasalahan yang sulit.
Martin memilih semut F. execta sebagai suatu model paling sederhana untuk memecahkan misteri ini. "Mereka menghasilkan sebuah senyawa campuran alkana dan alkena, sehingga jika kita ingin mengetahui jawaban masalah ini maka semut ini adalah satu pemberi jawaban terbaik" paparnya.
Ia bergabung cengan seorang ahli kimia Falko Drijfhout dari Universitas Keele, Inggris yang menggunakan gas chromatography mass spectrometry (GC-MS) untuk mempelajari profil alkena yang dihasilkan dari tiap koloni. Drijfhout menemukan bahwa dalam satu koloni, profil alkena hampir sama di semua semut (semua mengandung antara 23- 29 karbon) yang mengindikasikan bahwa mereka menggunakan hanya alkena dan bukan alkana untuk melihat penyusup diantara semut lainnya.
Sebuah Barkod
Untuk mempelajari ini, para peneliti mengambil satu semut dari sebuah koloni dan melarutkannya dengan heksana - sebuah pelarut universal untuk memecahkan bau-bau yang berbasis alkena. "Ketika kami mencelupkan semut kedalam heksana, dan diberikan profil alkena baru dan semut ini dikembalikan ke koloninya, maka dengan segera dia diserang" jelas Martin. Semut yang diperlakukan dengan profil alkana yang berbeda diacuhkan, yang menunjukkan kalau semut hanya mengandalkan senyawa alkena untuk mengenali penyusup.
Langkah selanjutnya adalah mengetes respon dari sebuah semut "palsu", yang disamarkan dengan alkena dari koloni lain. Untuk ini, para peneliti mengisolasi dua koloni dengan profil yang jauh berbeda. "[para serangga] sangatlah sensitif terhadap perubahan dalam profil profil ini" kata Martin. "Bukanlah sebuah pertanyaan dari sebuah koloni membuat sebuah senyawa kimia dan koloni lain membuat yang berbeda - ini hanyalah aturan atas dan bawah dari alkena dengan perbedaan dari panjang rantai karbon. Itulah yang telah membuat penelitian selama ini tidak melangkah ke hal yang baru"
Menggunakan bijih gelas untuk mensimulasikan semut penyerang - mereka membuat salinan tepat dari kedua profil. " Kami berhasil membuat bijih teman dan lawan dari sebuah koloni", ujar Martin. "Ketika bijih dengan bau koloni mereka, maka bijih diacuhkan, namun semut bersifat agresif terhadap bijih dengan bau yang asing, dengan cara berusaha memindahkannya"
Martin berujar bila telah datang pada perihal pembelajaran bagaimana hewan-hewan ini berkomunikasi, bagian yang paling kompleks adalah bagian tersulit, dan dia berharap bahwa tembusan ini akan membuat para peneliti mampu untuk maju dalam penelitian ini setelah satu abad dalam kefrustasian. "Kita sekarang membutuhkan jawaban tentnag bagaimana mereka membuat senyawa ini - dan menyelidiki bagaimana mungkin beberapa koloni lebih agresif dibandingkan koloni lain".


Referensi : http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/biokimia/semut-dan-kimia/